Minggu, 24 April 2011

Tanda Cinta dari Sang Pemilik Cinta....

SUBHANALLAH....
Itu adalah kata yang akhir-akhir ini sering aku ucapkan untuk diriku sendiri..
Betapa tidak, akhir-akhir ini Allah banyak sekali mengirimkan tanda cintaNYA untukku.
tanda cinta yang mungkin terlihat tak indah dari kasat mata atau menyakitkan jika hanya kita rasakan begitu saja.


Tanda cinta itu tak selalu indah untukmu.. tak selalu bisa menyenangkanmu...  tapi itu selalu bisa untuk menempa dirimu menjadi abdiNYA yang terus-menerus memperbaiki diri.

Saat ini, Allah sedang memberiku ujian yang sejatinya sudah pernah aku alami terdahulu... Ia memberiku ujian itu lagi, karena memang aku belum lulus..
Ujian untuk bisa menempa diriku menjadi orang yang bisa lebih "Cerdas". Cerdas dalam bersikap, cerdas dalam mengambil keputusan, cerdas dalam berpikir, cerdas dalam menempatkan diri, dan cerdas dalam memperlakukan orang lain. Ujian yang mmenuntutku untuk bisa lebih dewasa dan bijaksana. Ujian yang membuatku sadar untuk tak selalu dikalahkan dengan ego yang selama ini berkedok idealisme. Ujian yang membuatku semakin sering untuk bermuahsabah dan tersadar untuk bisa memperbaiki diri.

Ujian lainnya adalah ujian tentang bagaimana agar aku bisa bersyukur di setiap waktu. Ujian yang memang aku rasa belum pernah lulus meskipun sudah diuji dari waktu ke waktu. Ujian yang juga meempa diriku untuk bisa menjadi lebih sabar dalam ujianNYA.


Ujian memang sebuah tanda Cinta dari Sang Pemilik Cinta. Tanda cinta bahwa Ia menginginkanmu untuk menjadi lebih baik.
Ujian, masalah, dan rintangan, memang sebuah niscaya, ada yang berkata:

"Bersyukurlah ketika kau ditimpa masalah dan ujian, karena itu semua adalah tanda bahwa kau hidup. Tidak ingin terkena masalah? Ya jangan hidup!"
Susah-senang, sedih-bahagia, jatuh-bangun, tertatih-berlari, menangis-tertawa, semua adalah niscaya. Tinggal menunggu giliran saja.. Bukankah itu yang telah ia janjikan??

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. 3:140)


 Yang harus kau lakukan adalah  BERSYUKUR DAN BERSABAR atas apa yang telah Ia berikan padamu. Bersyukurlah karena itu wujud terima kasihmu atas cintaNYA, dan bersabarlah karena Ia tak akan memberikanmu kemalangan selamanya... Syukur dan Sabar.. Bukankah itu wujud dari keindahan akhlak kita sebagai seorang Muslim?? maka TUNJUKKANLAH!!

Dan untukku.. Semoga kali ini aku benar-benar lulus dari ujian-ujian itu.. Sehingga akupun bisa benar-benar menikmati Tanda Cinta dariNYA dengan penuh kesyukuran.. Begitupun untuk dirimu saudara-saudariku... Allahumma Aamiin....
Jika sebuah ujian merupakan jalan panjang di tengah kehidupan dunia, maka kesabaran harus seluas samudera yang menjadi oase di tengah perjalanan.....
Allahua'lam bishshowab.....



Ditengah kegalauan pikiran yang tak jua mau terpenjara,

_Al-Hawra_

Rabu, 13 April 2011

Penghargaan semu bagi seorang Nisaa'

Percakapan disatu petang dengan saudari-saudariku kembali melayangkan pikiranku terkait karakteristik ikhwan atau perlakuan ikhwan terhadap akhwat...


Mengapa ikhwan yang aku temui seringkali begitu???

Banyak ikhwan-ikhwan yang mengeluh bahwa akhwatnya terlihat lebih "perkasa" daripada mereka.
dari keluhan-keluhan yang terlontar tercermin rasa tidak suka dan ketidaknyamanan yang mereka rasakan akan kondisi ini.
Entah mengapa mereka mereka merasa seperti itu.
Apakah salah karena kami lebih sering memiliki inisiatif? apakah salah  karena kami tidak tahan untuk segera bertindak ketika merasa ada sebuah ketidakberesan? apakah salah ketika kami bertindak lebih cepat dari mereka? apakah salah ketika kami memikirkan akan setiap detail? apakah salah ketika kami berharap dan meminta mereka untuk bisa bertindak lebih responsif????  

Katakan dimana kesalahannya??

Mereka mengatakan bahwa mereka menghormati seorang wanita, mereka mengatakan bahwa mereka menghargai wanita... tapi perlakuan dan pemikiran yang mereka samppaikan secara tidak langsung menekankan bahwa wanita itu lemah, bahwa wanita itu harus selallu di bawah mereka. apakah ini hanya sisi subjektifitasku dalam menangkap ketidaksinkronan dalam ucapan dan perilaku mereka??? Entahlah.. tapi memang itu yang aku rasa.

Kenapa harus selalu akhwat yang harus bermuhasabah? kenapa harus selalu akhwat yang dituntut untuk memperbaiki dan merubah diri?? Bukankah itu memang harus dilakukan oleh semua orang?? tapi mengapa kami terkesan lebih berat mengalai tuntutan itu??
Mengapa jarang ikhwan yang aku kenal mau dengan legowo mengakui kesalahannya? mau dengan mudahnya bermuhasabah? mau dengan ikhlasnya menerima pemikiran seorang wanta? beribu mengapa yang sejak dulu belum terjawab...

Aku menulis hal ini bukan karena aku menganggap bahwa kaumku lebih mulia atau meminta penghargaan dari siapapun. tapi untuk mengungkapkan keresahan yang selama ini aku rasakan.. lama sudah aku memendam ini, jaaauuhhh..jauh sejak dahulu. sudah berusaha aku pendam, sudah berusaha agar tak lagi aku ungkapkan dan mencoba untuk menerima segala situasi yang aku hadapi, tapi lagi dan lagi banyak kondisi yang kembali menyulut sisi sensitifitasku untuk kembali menguak keresahan ini.

Maaf kepada yang merasa tersakiti dengan ini....


Yang bodoh, dhoif, dan (mungkin) tak tahu diri,

_Al-Hawra_

Rabu, 06 April 2011

Untuk Apa dan Untuk Siapa??

Mengingat suatu sore di suatu hari yang telah lalu... Diskusi yang penuh makna dengan saudari-saudariku...
Sebuah diskusi tentang keikhlasan.


Diskusi tentang rangkaian 5 huruf sederhana I.K.H.L.A.S
Sederhana??? Ah,, naif sekali rasanya jika menganggap kata itu sederhana
Memang mudah untuk kau lisankan, sehari-hari memang sering kau ucapkan,
tapi apakah itu memang benar-benar apa yang kau tanamkan dalam setiap langkah perjuangan??

Setiap amanah yang dibebankan kepadamu, setiap langkah dalam perjuangan dan harimu,
kau selalu mencoba untuk bisa mencintainya, kau rajut mimpi-mimpimu didalamnya, kau usahakan segala sesuatu yang terbaik untuknya, menjaganya dan tak membiarkan ada sesuatu yang merusaknya.

Subhanallah...begitu idealisnya pemikiranmu... begitu mulianya apa yang ingin kau lakukan.
Tapi apa iyha begitu?? kalau memang iyha, untuk apa kau begitu? Untuk siapa kau melakukan itu?
Walaupun pemikiranmu sederhana, tapi mewujudkannya susah luar biasa.
Lagipula, untuk apa kau berlelah-lelah? untuk apa bersusah payah? Untuk apa mengeluarkan peluh jika akhirnya kau tak mendapatkan apa-apa??

Untuk apa? Untuk siapa?

Ketika kau jawab "Ini LILLAH..MARDHOTILLAH"
Masa iyha?? Coba kau tanyakan lagi, yakinkan hati sanubari, jangan kau tipu dirimu sendiri! Jangan  pula kau tipu orang lain dengan segudang perjuanganmu dengan kedok Lillah. Jangan sampai yang kau dapat hanya lelah semata.

Jika memang kau Ikhlas karenaNYA, maka biarkanlah lelah itu menyapa. Biarkanlah peluh diri menetes ke bumi. Biarkanlah kepayahan menjadi akrab dalam kehidupan. Lakukan segala sesuatu benar-benar untukNYA.

Ketika kau ikhlas menunaikan amanah, berjuang di jalanNYA, maka yakinlah segalanya akan menjadi mudah dan indah.

Dan ketika kau merasa memang penuh onak dan duri dalam perjalanannya, maka kuatkanlah azzam dan kesabaranmu dengan mengingat janjiNYA, janji yang tak pernah ada ingkar di dalamnya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
_QS. Ali-Imran:200_



Reflection....
In Gd.FIS R.410

^Al-Hawra^