Minggu, 02 Maret 2014

S.Pd

"Kelak, tragedi akan berubah menjadi komedi".. Itulah kalimat yang saya ingat pernah disampaikan oleh salah seorang sahabat ketika kami sedang berbincang. Malam ini, saya meresapi kembali kalimat tersebut. Merefleksi salah satu perjalanan hidup yang memberikan saya begitu banyak pelajaran. Sebuah proses untuk mendapatkan legalisasi tiga huruf di belakang nama saya, S.Pd. Proses yang bernama SKRIPSI atau Skrips**T atau skripsweet atau skripsweat, atau apapun orang ingin menyebutnya.

Skripsi yang membuat hidup saya tidak tenang pada saat itu.. benar-benar tidak tenang. Makan ingat skripsi, Nonton ingat skripsi, Diangkot ingat skripsi, Ketika tidur mimpi ketemu dosen pembimbing (bangun tidur jelas mikirin skripsi), Ke kampus ingat skripsi, eh giliran lagi gak ingat skripsi, malah banyak yang mengingatkan.. It was annoying!!!

Saya memulai skripsi di tahun 2012. Bisa dibilang memulainya pun sudah tidak baik, karena saya mengerjakan proposal skripsi tanpa persiapan yang matang dan hanya dalam waktu satu minggu. Yup! satu minggu mengerjakan tiga bab sekaligus. Frustrasi sudah tentu, apalagi ketika pengumpulan proposal jatuh tepat di hari ulang tahun saya, tanggal 1 Februari. Jelas di tahun 2012, tanggal 1 Februari cukup menjadi tanggal yang kelabu bagi saya. Kelabu karena hari itu selain dipenuhi dengan doa, juga dipenuhi dengan air mata karena tekanan yang begitu besar.

Setelah seminar proposal dan mendapatkan dosen pembimbing, saya hanya konsultasi 1 kali di bulan April. Setelah itu, berkas-berkas skripsi hanya menjadi tumpukan di kamar dan folder bernama "lulus tahun ini..aamiin" di laptop saya juga tak bertambah isi file di dalamnya. Saya fokus untuk mengajar dan menjalankan amanah-amanah saya. Saya sadar secara penuh bahwa apa yang lakukan bisa menunda kelulusan saya dari kampus tercinta. Namun, saya siap menghadapi resikonya karena saya tahu apa yang saya lakukan.. in syaa Allah.

Saya bertekad untuk kembali mengumpulkan serpihan-serpihan semangat mengerjakan skripsi setalah amanah saya di BEM UNJ selesai. Setelah lebih dari satu semester mati suri (tanpa cuti), bulan Januari 2013 saya mulai membuka kembali berkas-berkas dan folder skripsi, kembali mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan dosen pembimbing, dan berharap mereka masih mengingat saya sebagai mahasiswa bimbingannya. Awal Februari saya baru rajin kembali mengetik huruf demi huruf untuk menambah lembar demi lembar skripsi saya. Semangat yang tadinya berkobar sempat turun kembali dan membuat saya meminta saran serta penguatan dari sana-sini. tetapi akhirnya saya menyadari bahwa sebanyak apapun orang yang memberikan semangat, kunci utama tetap terletak pada tekad yang ada di dalam diri kita.

Saya bertekad harus lulus semester ini juga, itu artinya saya harus selesai mengerjakan skripsi di akhir bulan Mei. Target itu terasa cukup berat karena di bulan Maret saja saya masih berkutat dengan BAB I. Alhasil saya harus benar-benar fokus skripsi pada saat itu. sibuk mencari data, studi pendahuluan, diskusi sana-sini, cari referensi sana-sini, download jurnal sebanyak-banyaknya meskipun saya tidak tahu mana yang akan saya gunakan, rajin konsul dengan dosen, revisi berkali-kali, rajin banget ke perpustakaan, baca buku komposisi yang isinya tentang tata bahasa Indonesia yang bikin pusing, jadwal tidur dan makan menjadi semakin tak karuan, hingga "menelantarkan" amanah lainnya.

Waktu semakin beralu, progress skripsi saya pun meningkat satu per satu. Bulan Juni saya turun lapangan mengambil data, mencari waktu di tengah responden saya yang tengah UAS dan setelah dapat waktu yang pas, ternyata Allah memberikan skenario lain. beberapa hari menjelang pengambilan data, saya terkena penyakit cacar. Kata dokter, selama sekitar 2 minggu saya harus beristirahat di rumah. Hal itu membuat saya frustrasi, hingga akhirnya saya nekat untuk tetap mengambil data. Padahal saya baru tiga hari terkena cacar dan memiliki resiko untuk bertambah parah atau menular ke orang lain. Jadilah saya mengambil data alam kondisi sedang cacar, antara takut dan nekat. Saya takut kalau responden saya tertular cacar juga. Tapi saya yakin kalau Allah pasti memberikan pertolongan, yang harus saya lakukan hanyalah terus berusaha dan menunjukkan kesungguhan hingga pantas diberikan pertolongan. Alhamdulillah semua berjalan lancar.

Saya terus berusaha untuk mengejar dan bisa ikut seminar hasil semester ini. Meskipun tanggal seminar hasil sudah ditentukan dan skripsi saya belum selesai, saya terus fokus mengerjakan. Alhamdulillah saya memiliki dosen yang sering memotivasi kalau saya  in syaa Allah bisa selesai semester ini. Alhamdulillah jadwal seminar hasil diundur dan pada akhirnya skenario Allah memutuskan bahwa saya bisa mengikuti seminar hasil di tanggal 16 Juli 2013, sidang skripsi tanggal 25 Juli 2013, dan wisuda tanggal 10 Oktober 2013. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Alhamdulillaah.. Saya lulus dari kampus tercinta dalam waktu 5 tahun. ada yang bilang kalo 5 tahun itu waktu yang lama, tetapi menurut saya itu waktu yang sangat pas dan tepat. Saya menyelesaikan amanah formal saya lalu fokus mengerjakan skripsi dalam waktu 4 bulan dan mendapatkan nilai sangat memuaskan.

Kini saya merasa bahwa apa yang terjadi memberikan saya begitu banyak pelajaran. Bahwa tidak ada amal yang sia-sia, bahwa Allah tidak akan menelantarkan kita yang tengah berjuang dan berdoa, mendekat terus padaNya maka ia menunjukkan jalanNya, bersungguh-sungguhlah tunjukkan kesungguhanmu padaNya maka keajaiban akan datang.

Janji Allah memang pasti.. "Dan Katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.' (QS. At-Taubah: 105)



Jumat, 06 April 2012

Kesiapan Menerima Beban dan Kekuatan Keimanan

1. QS. Al-Muzammil (1-20)
Bagian I : ayat 1-19
Bagian II : ayat 20

Bagian I (Ayat 1-19)
  • Al-Iqo (Nada, tekanan, dan irama bernuansa kelembutan, ketenangan, dan keagungan)
a.       Taklif (Tugas dan beban yang agung)
b.      Urusan yang serius
c.       Kedahsyatan yang bertubi-tubi, 3 macam kedahsyatan yang bertubi-tubi:
-          Ucapan yang berat
-          Ancaman yang menakutkan
-          Posisi atau jabatan
  • Al-mutawa (kandungannya)
Persiapan Taklif:
1.       Qiyamul Lail secara khusus
2.       Sholat
3.       Membaca qur’an dengan tartil
4.       Dzikir dengan pebuh kekhusyuan
5.       Tawakkal kepada Allah
6.    Al-Hazar Al-Jamil
7.       Bersabar
8.       Membiarkan urusan para pendusta untuk dihadapi oleh Allah SWT

Bagian II (Ayat 20)
Allah memberikan:
  1. Lamsah (Sentuhan Kelembuatan) à Kasih sayang
  2. Taujih (arahan) à Untuk melakukan ketaatan kepada Allah
  3. Talwih ( Isyarat) à Terhadap rahmat dan ampunan Allah


Inti dari surat Al-Muzammil:
  1. Untuk mengembalikan umat manusia dari kesesatan
  2. Kesabaran untuk menghadapi sikap manusia yang menyakitkan
  3. Mujahadah dalam membina hati nurani umat manusia

Harapannya manusia terbebas dari:
  1. Materi yang menggiurkan
  2. Kelezatan yang membuat terlena
  3. Bersantai-santai dan tidak memiliki visi-misi
  4. Tidur kepanjangan

Sholat Tahajjud menyiapkan fisik dan ruh untuk mengemban amanah, karena sholat malam melatih kita untuk bisa beribadah dalam kondisi yang sangat “berat”


2. QS. Al-Mudatsir
Secara garis besar surat Al-Mudatsir terbagi menjadi 5 penggalan:
  1. Al-Maqto Al-Awal
a.       Diawali dengan panggilan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memikul urusan yang besar
b.      Allah seakan menserabut nabi saw dari keadaan berselimut menuju jihad
c.       Taujih untuk bersiap-siap
d.      Taujih kepada Rasulullah dalam memikul urusan yang besar
Bekal rasulullah dalam mengemban risalah, memakai taujih robbani:
-          Fa Robbaka fa Kabbir
-          Tsiabaka fa Thahhir
-          Arrujza Fahjur
-          Wa tamnun tas taqtsir
-          Wa lirobbika fasbir
  1. Al-Maqto Ats-Tsani
Ancama Allah kepada yang mendustakan hari akhirat
  1. Al-Maqto Ats-Tsalits (mulai dari ayat 11-31)
Berisi tentang 3 hal:
1.       Ciri atau sifat orang yang mendustakan
a.       Allah memberikan kekayaanyang sangat banyak
b.      Putra-putra ynag mash hidup yang hadir dengannya
c.       Allah melimpahkan kenikmatan dan kedudukan
d.      Ia ingin agar Allah menambah nikmatnya
e.      Sangat membangkang terhadap ayat-ayat Allah
2.       Penyebab Allah menyatakan perang dengan pendusta
a.       Ia telah berpikir tentang Al-qur’an, sudah menyiapkan penilaian, berpikir sangat serius dan mendalam
b.      Lalu ia mengulangi dan mengulangi apa yang ia pikirkan
c.       Wajahnya menjadi muram dan menghitam
d.      Menyombongkan diri
e.      Menyatakan Al-qur’an adalah sihir
3.       Nasib atau perjalanan akhir sang pendusta
Jalan akhirnya menuju neraka
  1. Al-Maqto Al-Rabi (Mulai dari ayat 32-48)
Pembicaraan tentang neraka saqor;
a.       Masyahid kauniyah (Pemandangan alam semesta)
b.      Maqom ( Kedudukan ornag-orang yang berbuat dosa)
c.       Maqom (Kedudukan Ash-shob Al-Yamin) à menanyakan kepada para pendosa akan dosa-dosa mereka
d.      Pengakuan orang-orang yang berbuat buruk/dosa
Kesalahan:
1.       Tidak melaksanakan sholat
2.       Tidak mengindahkan fakir miskin
3.       Suka buang-buang waktu
4.       Mendustakan hari pembalasan
  1. Al-Maqto Al-Khamis (pada bagian terakhir surat)
Tentang sikap Al-Mukadzibin terhadap dakwah (berlari dari tugas-tugas dakwah)
Penyebab:
a.       Hasad (Iri/dengki)
b.      Takut kepada Allah

Senin, 03 Oktober 2011

Maka tolong, doakan saja..

Aku cinta amanah-amanahku, jadi jangan paksa aku untuk memilih
Aku tahu prioritas-prioritasku, jadi tolong berikan kepercayaan kepadaku
Aku mengerti bahwa banyak yang harus aku kerjakan, tolong berikan saja aku penguatan
Aku memang tak tahu apa yang akan terjadi di depan, maka tolong doakan agar aku tetap bertahan
Aku tau aku harus tunduk dan patuh akan apa yang diperintahkan, namun tak salah bukan jika aku meminta kebijaksanaan??
Aku hanya ingin mengerjakan apa yang aku cintai.. Tak ada niat sedikitpun untuk lalai terhadap apa yang aku kerjakan..
Hanya mminta kepercayaan, penguatan, dan doa agar aku mampu mengemban semuanya dengan kemampuan yang terbaik yang aku bisa

Dan hanya kepadaNyalah aku meminta pertolongan dan kekuatan..
Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billah
Bismillah...


Minggu, 10 Juli 2011

Saya Jatuh Cinta, Lalu kenapa???

Ketika cinta sudah bersemi, maka tak dapat dipungkiri bahwa segala pikiran dan aktivitas akan tertuju kepada yang dicintai. 
Ketika kita mencintai sesuatu maka yang akan kita lakukan kepada yang dicintai adalah melakukan kerja-kerja cinta, yakni menumbuhkan, merawat, mengembangkan dan menjaga yang dicinta agar tiada sesuatu apapun yang dapat mengganggu dan merusaknya.

Mengapa kali ini tentang cinta??
Jawabannya karena memang saat ini aku sedang jatuh cinta.
Kepada Siapa? atau kepada apa?
Aku jatuh cinta kepada apa yang dibebankan kepadaku.
Aku jatuh cinta pada amanahku. PSDM a.k.a Kaderisasi.

Ia bisa membuatku terus bekerja hingga larut malam untuk membuat konsep-konsep terbaik
Ia bisa membuatku tak bisa tidur karena memikirkan kondisi serta permasalahan-permasalahannya
Ia bisa membuatku kembali semangat bekerja ditengah ketidakmengertian orang-orang.

Kecintaanku pada kaderisasi mungkin tanpa harus aku minta atau memang sudah tertakdirkan olehNya. Semenjak tahun pertama di kampus hingga kini tahun keempat, di organisasi aku selalu di tempatkan diranah PSDM a.k.a kaderisasi. Banyak proses pembelajaran yang terlalui, proses penempaan dalam kaderisasi, hingga tercebur dalam masalah-masalah kaderisasi. Dan semua itu semakin membuatku mengenal dan mencintai kaderisasi.

Mencintai kaderisasi, berarti juga mencintai kader-kadernya. Dan memang, aku sangat menyayangi adik-adik penerusku, mereka bisa menjadi hal sensitif dalam hidupku. Dan ketika berada bersama mereka, hanya semangat dan bahagia yang aku rasa. Karena satu harapanku:
Mereka harus mendapatkan yang lebih baik dariku dan menjadi pribadi yang lebih baik daripada diriku.

Aku merasa nyaman dengan kecintaanku di amanah ini, meskipun banyak kesulitan dan seringkali membuat pusing bukan kepalang, namun semua itu tak menjadi halanganku untuk bergerak disana. Karena modalku cuma satu: Cinta. Meskipun sampai dengan saat ini, aku belum menunaikan amanahku dengan maksimal, namun aku berusaha untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa untuknya.

Ketika kau menyebut kata kaderisasi, maka aku akan berbinar-binar karenanya
Ketika kau mengajakku untuk berdiskusi tentangnya, maka akan kau dapati aku yang terus bersemangat untuk membahasnya
Ketika kau menyepelekannya, maka kau akan dapati aku orang yang berada di garda terdepan untuk membelanya.
Ketika banyak orang bilang aku seperti orang yang "etnosentris" dengan ranah kaderisasi, sungguh itu sangat menyakiti hati. tapi itu kuanggap karena ereka belum memahami perasaan yang aku alamai. Mencintai ranah sendiri...

Untuk kamu yang belum merasakan perasaan ini:
"Cintailah apa-apa yang dibebankan kepadamu, rajutlah mimipi dan harapanmu di dalamnya
Niscaya akan kau temukan dirimu rela berkorban dan melakukan segala sesuatu untuknya"

Aku Cinta Ranahku: KADERISASI. Tak peduli apa yang kau pikirkan tentang kami!


Khaerunnisa M.
KaDept. PSDM BEMFIP 2011

Minggu, 24 April 2011

Tanda Cinta dari Sang Pemilik Cinta....

SUBHANALLAH....
Itu adalah kata yang akhir-akhir ini sering aku ucapkan untuk diriku sendiri..
Betapa tidak, akhir-akhir ini Allah banyak sekali mengirimkan tanda cintaNYA untukku.
tanda cinta yang mungkin terlihat tak indah dari kasat mata atau menyakitkan jika hanya kita rasakan begitu saja.


Tanda cinta itu tak selalu indah untukmu.. tak selalu bisa menyenangkanmu...  tapi itu selalu bisa untuk menempa dirimu menjadi abdiNYA yang terus-menerus memperbaiki diri.

Saat ini, Allah sedang memberiku ujian yang sejatinya sudah pernah aku alami terdahulu... Ia memberiku ujian itu lagi, karena memang aku belum lulus..
Ujian untuk bisa menempa diriku menjadi orang yang bisa lebih "Cerdas". Cerdas dalam bersikap, cerdas dalam mengambil keputusan, cerdas dalam berpikir, cerdas dalam menempatkan diri, dan cerdas dalam memperlakukan orang lain. Ujian yang mmenuntutku untuk bisa lebih dewasa dan bijaksana. Ujian yang membuatku sadar untuk tak selalu dikalahkan dengan ego yang selama ini berkedok idealisme. Ujian yang membuatku semakin sering untuk bermuahsabah dan tersadar untuk bisa memperbaiki diri.

Ujian lainnya adalah ujian tentang bagaimana agar aku bisa bersyukur di setiap waktu. Ujian yang memang aku rasa belum pernah lulus meskipun sudah diuji dari waktu ke waktu. Ujian yang juga meempa diriku untuk bisa menjadi lebih sabar dalam ujianNYA.


Ujian memang sebuah tanda Cinta dari Sang Pemilik Cinta. Tanda cinta bahwa Ia menginginkanmu untuk menjadi lebih baik.
Ujian, masalah, dan rintangan, memang sebuah niscaya, ada yang berkata:

"Bersyukurlah ketika kau ditimpa masalah dan ujian, karena itu semua adalah tanda bahwa kau hidup. Tidak ingin terkena masalah? Ya jangan hidup!"
Susah-senang, sedih-bahagia, jatuh-bangun, tertatih-berlari, menangis-tertawa, semua adalah niscaya. Tinggal menunggu giliran saja.. Bukankah itu yang telah ia janjikan??

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. 3:140)


 Yang harus kau lakukan adalah  BERSYUKUR DAN BERSABAR atas apa yang telah Ia berikan padamu. Bersyukurlah karena itu wujud terima kasihmu atas cintaNYA, dan bersabarlah karena Ia tak akan memberikanmu kemalangan selamanya... Syukur dan Sabar.. Bukankah itu wujud dari keindahan akhlak kita sebagai seorang Muslim?? maka TUNJUKKANLAH!!

Dan untukku.. Semoga kali ini aku benar-benar lulus dari ujian-ujian itu.. Sehingga akupun bisa benar-benar menikmati Tanda Cinta dariNYA dengan penuh kesyukuran.. Begitupun untuk dirimu saudara-saudariku... Allahumma Aamiin....
Jika sebuah ujian merupakan jalan panjang di tengah kehidupan dunia, maka kesabaran harus seluas samudera yang menjadi oase di tengah perjalanan.....
Allahua'lam bishshowab.....



Ditengah kegalauan pikiran yang tak jua mau terpenjara,

_Al-Hawra_

Rabu, 13 April 2011

Penghargaan semu bagi seorang Nisaa'

Percakapan disatu petang dengan saudari-saudariku kembali melayangkan pikiranku terkait karakteristik ikhwan atau perlakuan ikhwan terhadap akhwat...


Mengapa ikhwan yang aku temui seringkali begitu???

Banyak ikhwan-ikhwan yang mengeluh bahwa akhwatnya terlihat lebih "perkasa" daripada mereka.
dari keluhan-keluhan yang terlontar tercermin rasa tidak suka dan ketidaknyamanan yang mereka rasakan akan kondisi ini.
Entah mengapa mereka mereka merasa seperti itu.
Apakah salah karena kami lebih sering memiliki inisiatif? apakah salah  karena kami tidak tahan untuk segera bertindak ketika merasa ada sebuah ketidakberesan? apakah salah ketika kami bertindak lebih cepat dari mereka? apakah salah ketika kami memikirkan akan setiap detail? apakah salah ketika kami berharap dan meminta mereka untuk bisa bertindak lebih responsif????  

Katakan dimana kesalahannya??

Mereka mengatakan bahwa mereka menghormati seorang wanita, mereka mengatakan bahwa mereka menghargai wanita... tapi perlakuan dan pemikiran yang mereka samppaikan secara tidak langsung menekankan bahwa wanita itu lemah, bahwa wanita itu harus selallu di bawah mereka. apakah ini hanya sisi subjektifitasku dalam menangkap ketidaksinkronan dalam ucapan dan perilaku mereka??? Entahlah.. tapi memang itu yang aku rasa.

Kenapa harus selalu akhwat yang harus bermuhasabah? kenapa harus selalu akhwat yang dituntut untuk memperbaiki dan merubah diri?? Bukankah itu memang harus dilakukan oleh semua orang?? tapi mengapa kami terkesan lebih berat mengalai tuntutan itu??
Mengapa jarang ikhwan yang aku kenal mau dengan legowo mengakui kesalahannya? mau dengan mudahnya bermuhasabah? mau dengan ikhlasnya menerima pemikiran seorang wanta? beribu mengapa yang sejak dulu belum terjawab...

Aku menulis hal ini bukan karena aku menganggap bahwa kaumku lebih mulia atau meminta penghargaan dari siapapun. tapi untuk mengungkapkan keresahan yang selama ini aku rasakan.. lama sudah aku memendam ini, jaaauuhhh..jauh sejak dahulu. sudah berusaha aku pendam, sudah berusaha agar tak lagi aku ungkapkan dan mencoba untuk menerima segala situasi yang aku hadapi, tapi lagi dan lagi banyak kondisi yang kembali menyulut sisi sensitifitasku untuk kembali menguak keresahan ini.

Maaf kepada yang merasa tersakiti dengan ini....


Yang bodoh, dhoif, dan (mungkin) tak tahu diri,

_Al-Hawra_

Rabu, 06 April 2011

Untuk Apa dan Untuk Siapa??

Mengingat suatu sore di suatu hari yang telah lalu... Diskusi yang penuh makna dengan saudari-saudariku...
Sebuah diskusi tentang keikhlasan.


Diskusi tentang rangkaian 5 huruf sederhana I.K.H.L.A.S
Sederhana??? Ah,, naif sekali rasanya jika menganggap kata itu sederhana
Memang mudah untuk kau lisankan, sehari-hari memang sering kau ucapkan,
tapi apakah itu memang benar-benar apa yang kau tanamkan dalam setiap langkah perjuangan??

Setiap amanah yang dibebankan kepadamu, setiap langkah dalam perjuangan dan harimu,
kau selalu mencoba untuk bisa mencintainya, kau rajut mimpi-mimpimu didalamnya, kau usahakan segala sesuatu yang terbaik untuknya, menjaganya dan tak membiarkan ada sesuatu yang merusaknya.

Subhanallah...begitu idealisnya pemikiranmu... begitu mulianya apa yang ingin kau lakukan.
Tapi apa iyha begitu?? kalau memang iyha, untuk apa kau begitu? Untuk siapa kau melakukan itu?
Walaupun pemikiranmu sederhana, tapi mewujudkannya susah luar biasa.
Lagipula, untuk apa kau berlelah-lelah? untuk apa bersusah payah? Untuk apa mengeluarkan peluh jika akhirnya kau tak mendapatkan apa-apa??

Untuk apa? Untuk siapa?

Ketika kau jawab "Ini LILLAH..MARDHOTILLAH"
Masa iyha?? Coba kau tanyakan lagi, yakinkan hati sanubari, jangan kau tipu dirimu sendiri! Jangan  pula kau tipu orang lain dengan segudang perjuanganmu dengan kedok Lillah. Jangan sampai yang kau dapat hanya lelah semata.

Jika memang kau Ikhlas karenaNYA, maka biarkanlah lelah itu menyapa. Biarkanlah peluh diri menetes ke bumi. Biarkanlah kepayahan menjadi akrab dalam kehidupan. Lakukan segala sesuatu benar-benar untukNYA.

Ketika kau ikhlas menunaikan amanah, berjuang di jalanNYA, maka yakinlah segalanya akan menjadi mudah dan indah.

Dan ketika kau merasa memang penuh onak dan duri dalam perjalanannya, maka kuatkanlah azzam dan kesabaranmu dengan mengingat janjiNYA, janji yang tak pernah ada ingkar di dalamnya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
_QS. Ali-Imran:200_



Reflection....
In Gd.FIS R.410

^Al-Hawra^